Hedonisme
Menulari Kaum Santri
Oleh
: Luluk Chamels -A/15- )*
Pada dasarnya, santri menjadi bagian penting dalam mewujudkan
perubahan di negri ini. Perubahan dimaksud adalah perubahan dari arah negatif ke positif, dari
statis ke dinamis dan lain sebagainya.
Inilah
yang membuat santri dipandang sebagai pewaris para kiai, agent of change dan
agent of social control. Tak dapat terelakkan bahwa eksistensi santri
adalah pemuda yang tinggi dari segi idealisme. Namun idealisme tersebut tidak
bisa selalu mengisi hari mereka. Akan tetapi sosok seperti ini hanya terdapat
pada sebagian sekelompok santri, sementara ada sebagian yang mementingkan diri
pribadinya: berfoya-foya, narsis, boros dan lain sebagainya.
Hedonisme dan Dekadensi Moral Santri
Hampir semua pihak sepakat jika Hedonisme tidak hanya melanda
generasi muda saja. Generasi muda dimaksud adalah kaum santri yang telah
mengalami dekadensi moral dan serangan Hedonisme. Ini semua menggambarkan jika Hedonisme
telahs merasuk terlalu dalam ke pelbagai Pesantren. Tidak peduli dengan kondisi
sekitar, konsumtif, narsis, hidup boros serta memuja materi adalah segelintir
dari contoh prilaku Hedonisme.
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, Hedonisme adalah pandangan yang menganggap
kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Hedonisme
telah mempengaruhi naluri kehidupan pesantren dan menjadi hal buruk yang sangat
rentan menjadikan kaum santri mementingkan diri-pribadinya sendiri.
Hedonisme
santri juga dapat dilihat dari gaya hidup yang konsumtif, narsis dan
berfoya-foya yang marak dilakukannya. Sebagian dari mereka terbiasa melakukan
hal-hal tersebut tanpa memikirkan akibat yang berujung dengan tindakan mereka.
Bagi
penganut paham ini, gaya hidup yang konsumtif dan berfoya-foya merupakan suatu
hal yang marak dilakukan mayoritas santri dalam kehidupan Pesantren, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karna mereka berangapan bahwa hidup
ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup dengan
senikmat-nikmatnya.
Disamping
itu, mereka hanya mengedepankan hawa nafsu belaka dalam menjalankan hidupnya,
sehinga memunculkan kesenangan-kesenangan untuk pribadi yang akan merugikannya.
Gaya hidup yang konsumtif bagi seorang santri merupakan salah satu tindakan
yang berbasis paham Hedonisme. Dari penganut paham ini, muncullah pandangan
epirikus yang mengatakan “Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu
karna besok engkau akan mati”
Dengan
munculnya paham-paham yang menjadikan dekadensi moral santri dalam kehidupan,
santri sebagai penyandang status agent of change dan agent of social
control seharusnya mengingat kembali tujuan dari Pondok Pesantren dalam
mempertahankan nilai-nilai ahlus sunnah wal jamaah (Aswaja).
Hedonisme Mempengaruhi Idealisme Santri
Hedonisme menjadi kabar buruk bagi kalangan kaum santri, pengaruh Hedonisme
menjadikan santri tidak mampu menjalankan statusnya dengan baik sebagai agent
of change dan agent of social control. Peran santri dalam mewujudkan
perubahan bagi negara-indonesia ini dapat diakui merupakan hal luar biasa,
tetapi Hedonisme telah menghancurkan perannya sebagai agent of change
yang telah dibuat sebelumnya sehingga merusak nilai-nilai keagamaan.
Disadari
atau tidak, pengaruh budaya Hedonis telah merasuki jiwa Pesantren, hal ini
dapat dilihat dari gaya hidup yang konsumtif dan berfoya-foya bagi mayoritas
santri. Budaya seperti ini telah menjadi budaya hangat dipesantren, tak ayal
jika hal ini menyebabkan tergerusnya moral dan idealisme pada santri.
Sehinga
status agent of change yang disandang seorang santri mulai terabaikan.
Ini ditandai dengan tidakan mereka yang mengedepankan kesenangan semata untuk
mencari hiburan yang tak pernah ada batasnya.
Hanya
satu kata untuk menyelesaikan masalah Hedonisme dikalangan pesantren. Sederhana,
kata inilah yang menjadi kunci dari kasus ini. Pesantren butuh Pewaris Para
Kiai yang sedehana sehingga tujuannya tercapai. Pesantren butuh agent of
change yang sederhana dalam mewujudkan perubahan. Bagaimanapun juga, sederhana
menjadi kunci melawan prilaku Hedonisme yang bermuara pada prilaku konsumtif
kaum santri. Hanya sederhana yang mampu melawan prikau boros. Kita semua tahu,
jika konsumtif diawali oleh gaya hidup boros. Maka, anti Hedonisme harus diawali
dengan dengan gaya hidup sederhana.
)* bisa
ditemui di
radenchamels@gmail.com
(Mohammad
Jamaluddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar